Pengembangan Madrasah
PENGEMBANGAN
MADRASAH BERBASIS KARAKTERISTIK
Oleh: Aji Sofanudin
email: ajirakhma@yahoo.com
Secara etimologi kata
“Madrasah” berasal dari bahasa Arab dari akar kata "darasa". Madrasah
merupakan zharaf makan atau bentuk
"keterangan tempat" yang diartikan sebagai "tempat belajar para
pelajar", atau "tempat untuk memberikan pelajaran". Dari akar
kata "darasa" juga bisa diturunkan kata "midras" yang
mempunyai arti "buku yang dipelajari" atau "tempat
belajar"; kata "al-midras" juga diartikan sebagai "rumah
untuk mempelajari kitab Taurat".
A.L.Tibawi dan Mehdi
Nakosteen, mengatakan bahwa madrasah (bahasa Arab) merujuk pada lembaga
pendidikan tinggi yang luas di dunia Islam (klasik) pra-modern. Artinya, secara
istilah madrasah di masa klasik Islam tidak sama terminologinya dengan madrasah
dalam pengertian bahasa Indonesia. Para peneliti sejarah pendidikan Islam
menulis kata tersebut secara bervariasi misalnya, schule atau hochschule
(Jerman), school, college atau academy (Inggris). Nakosteen menerjemahkan
madrasah dengan kata university (universitas) atau the institution of higher learning. (www.madrasah.kemenag.go.id)
Dalam
praktek keseharian kita, kata madrasah merujuk pada dua pengertian. Pertama, madrasah diniyah (Madin) yakni
madrasah yang didirikan sebagai lembaga pendidikan yang semata-mata untuk
mendalami agama (li tafaqquh fiddin),
yang biasa disebut juga madrasah diniyah salafiyah. Biasanya dilakukan pada
sore hari. Di dalam keseharian ada yang menyebutnya sekolah arab. Kedua, madrasah yang didirikan tidak hanya untuk
mengajarkan ilmu pengetahuan dan nilai-nilai Islam, tapi juga memasukkan
pelajaran-pelajaran yang diajarkan di sekolah-sekolah. Dalam pengertian
sekarang madrasah ini dikenal dengan sebutan Madrasah Ibtidaiyah (MI), Madrasah
Tsanawiyah (MTs), dan Madrasah Aliyah (MA). Undang-undang mengartikan madrasah sebagai
"sekolah umum dengan ciri khas Islam".
Karakteristik
Madrasah di Jawa Tengah
Jawa
Tengah memiliki 35 kabupaten/kota. Dilihat dari konsentrasi jumlah madrasah
maka secara kuantitatif MI terbanyak ada di Magelang sementara MTs yang
terbanyak ada di Demak. Sementara MA relatif merata di berbagai wilayah di Jawa
Tengah.
Karakteristik
madrasah bisa dilihat dari berbagai hal sebagaimana tampak dalam bagan berikut
ini.
Bagan 1
Karakteristik
Madrasah
Ketika
berbicara madrasah maka kita bisa melihatnya dari sisi jenjang madrasah. Mafhum
bahwa madrasah terdiri atas Madrasah Ibtidaiyah (MI), Madrasah Tsanawiyah
(MTs), dan Madrasah Aliyah. Di Jawa Tengah konsentrasi madrasah ada di dua
kabupaten yakni kabupaten Demak dan Kabupaten Magelang. Di Kabupaten Magelang
jumlah MI, MTs, dan MA tampak pada tabel berikut ini.
Tabel 1
Madrasah di Kabupaten
Magelang
No
|
Jenjang
|
Jumlah
|
1
|
Madrasah Ibtidaiyah
|
303
|
2
|
Madrasah Tsanawiyah
|
64
|
3
|
Madrasah Aliyah
|
14
|
Jumlah
|
381
|
Sumber:
Mapenda Kabupaten Magelang, 2012
Sementara
di kabupaten Demak jumlah madrasah adalah sebagai berikut.
Tabel 2
Madrasah di Kabupaten
Demak
No
|
Jenjang
|
Jumlah
|
1
|
Madrasah Ibtidaiyah
|
117
|
2
|
Madrasah Tsanawiyah
|
119
|
3
|
Madrasah Aliyah
|
61
|
Jumlah
|
297
|
Sumber: Mapenda Kabupaten Demak, 2012
Karakteristik
madrasah juga bisa dilihat dari model pengelolaan yaitu (1) madrasah tunggal,
(2) madrasah kompleks, (3) madrasah pesantren, dan (4) madrasah plus TK/RA/BA.
Madrasah tunggal adalah madrasah yang berdiri mandiri hanya satu jenis saja.
Misal MI saja atau MTs saja, ataupun MA saja. Contoh di Demak adalah MI Sultan
Fatah. Sementara di Magelang misalnya MTs Muhammadiyah Bumirejo Munkid.
Madrasah
kompleks adalah madrasah yang terdiri atas gabungan beberapa madrasah: MI dan
MTs atau MTs dan MA, ataupun MI, MTs, dan MA sekaligus. Contoh di Magelang
adalah MI dan MTs Arrosyidin Madusari Secang. Madrasah pesantren adalah
madrasah yang berada di lingkungan pesantren. Misalnya MTs dan MA Yajri
Payaman, MTs dan MA Pabelan. Madrasah plus TK/RA/BA adalah madrasah Ibtidaiyah
yang dilengkapi dengan Taman Kanak-kanak atau Raudlatul Athfal atau Bustanul
Athfal. Misalnya MI Ma’arif Donorojo memiliki RA. MI Muhammadiyah Munkid
memiliki Bustanul Athfal. MI Ma’arif Madusari memiliki TK Masyitoh.
Di
lihat dari akreditasi madrasah kita bisa melihat bahwa madrasah baik MI, MTs,
maupun MA memiliki beragam akreditasi A, B, C, ataupun belum terakreditasi.
Secara umum madrasah yang memiliki akreditasi yang baik akan diminati
masyarakat dalam arti siswanya banyak. Tetapi itu tidak menjadi jaminan karena
faktor jumlah siswa juga dipengaruhi variabel-variabel lain misal jumlah anak
usia sekolah di daerah tersebut, jumlah sekolah umum di daerah itu,
karakteristik masyarakat, dan lain-lain.
Selain
itu, madrasah juga bisa dilihat dari siapa penyelenggara madrasah tersebut.
Secara umum bahwa penyelenggara madrasah ada dua yakni negara (madrasah negeri)
dan masyarakat (madrasah swasta). Madrasah swasta paling tidak diselenggarakan
oleh beberapa organisasi masyarakat seperti Nahdlatul Ulama (NU), Muhammadiyah,
Mathlaul Anwar, ataupun yayasan lokal yang tidak secara eksplisit menyebut
ormas tertentu. Beberapa nama yayasan misalnya Arrosyidin, Al-Ittihad, Al-Iman,
dan sebagianya.
Pengembangan
Madrasah berbasis Karakteristik
Pengembangan
madrasah dalam hal ini lebih pada bagaimana menarik masyarakat untuk
menyekolahkan anak mereka ke madrasah. Secara umum pengembangan madrasah
diawali dengan peningkatan minat masyarakat terhadap madrasah. Artinya harus
menghapus stigma yang sekarang
berkembangan di masyarakat bahwa madrasah adalah sekolah pinggiran, second class, kurang mutu, sehingga
tidak diminati.
Dalam pengembangan madrasah kita perlu memperhatikan
faktor yang mempengaruhi masyarakat menyekolahkan anak mereka ke madrasah.
Berikut ini adalah bagannya.
Bagan 2
Pengembangan
Madrasah Berbasis Karakteristik
Dalam
pengembangan madrasah ada dua variabel yang perlu dilihat yaitu pertama, madrasah itu sendiri dan kedua, adalah minat masyarakat terhadap
madrasah. Pada variabel madrasah perlu juga dilihat beberapa sub nya yaitu (1)
lokasi madrasah, (2) guru/kepala/yayasan, (3) kurikulum, (4) bangungan fisik,
dan (5) pengelolaan. Dari kelima faktor tersebut, faktor lokasi barangkali
paling sulit diubah. Jika pun tidak bisa diubah paling tidak akses untuk menuju
ke madrasah yang perlu dibenahi.
Variabel
minat masyarakat juga dipengaruhi beberapa sub variabel yaitu pertama, budaya masyarakat, apakah
masyarakat di sekitar madrasah tersebut kategori daerah Islami atau bukan.
Karena fakta bahwa belum pernah ditemukan ada siswa madrasah yang beragama
selain Islam,
Kedua, ketak
geografis, artinya masyarakat desa dan kota secara kultur berbeda. Oleh karena
itu, treatment madrasah menghadapi
masyarakat kota tentu berbeda dengan treatment
madrasah yang ada di pedesaan, ketiga,
jenjang pendidikan, tinggi rendahnya pendidikan orang tua juga akan
mempengaruhi kebutuhan masyarakat terhadap madrasah. Oleh karena itu, madrasah
perlu memperhatikan perbedaan ini dalam melakukan strategi pengembangannya.
Keempat, status
sosial, perbedaan status sosial dalam arti masyarakat miskin dan kaya juga akan
mempengaruhi minat terhadap madrasah. Secara umum, masyarakat miskin akan
bermasalah ketika madrasah menerapkan biaya tinggi, sementara pada masyarakat
kaya akan bermasalah manakalah layanan pendidikan di madrasah tidak berkualitas.
Kelima,
regulasi pemerintah, secara umum tidak ada problem regulasi pemerintah di Jawa
Tengah, artinya dari tingkat RT s.d Gubernur tidak ada usaha-usaha
menghalang-halangi pengembangan madrasah, dan keenam profil keberagamaan orang tua. Secara sosiologis masyarakat
Islam terbagi atas taat beragama-kurang taat beragama-dan tidak taat dalam
beragama. Menurut kategori yang dibuat Ahmad Syafi’i Mufid (2007) adalah
Abangan, Tangklukan, dan Santri. Dalam konteks ini, madrasah perlu melakukan
usaha-usaha peningkatan ketaatan beragama masyarakat yakni dakwah. Wallahu’alam.
Casino Royale
You can play the bsjeon.net casino games for free at Casino Royale https://vannienailor4166blog.blogspot.com/ with no registration required. This online 바카라 사이트 casino is known for mens titanium wedding bands free slot games, Rating: 4.5 · 1xbet 먹튀 6 votes