Al-Qur'an Bahasa Tegal
16.10
ISLAMIC RESEARCH
, Posted in
Artikel
,
0 Comments
Al-Qur’an Bahasa Tegal
Oleh
Aji Sofanudin
Kedudukan Al-Qur’an
bagi seorang muslim adalah sentral. Ia adalah norma yang menjadi petunjuk
segala gerak dan aktivitas seorang muslim. Memahami dan mengamalkan al-Qur’an
adalah kewajiban setelah kita bisa membacanya. Mafhum bahwa bahasa Al-Qur’an
adalah bahasa Arab, yang tidak semua orang Indonesia memahami bahasa Al-Qur’an
tersebut. Oleh karena itulah, maka Departemen Agama (Kementerian Agama RI)
telah menerjemahkan al-Qur’an dalam bahasa Indonesia dengan harapan bisa
dipahami oleh muslim Indonesia. Pengendalian (kontrol) penerjemahan Al-Qur’an
saat ini ditangani oleh Lajnah Pentashih Mushaf Al-Qur’an, Badan Litbang dan
Diklat Kementerian Agama RI.
Tugas membumikan al-Qur’an
bukanlah semata-mata tugas kementerian agama. Usaha membumikan Al-Qur’an adalah
usaha bersama seluruh umat yang peduli dan cinta terhadap agamanya. Ada banyak
cara untuk menunjukkan cara kita cinta kepada agama kita. Salah satunya adalah
dengan kita menerjemahkan al-Qur’an ke dalam bahasa kita. Penerjemahan
al-Qur’an ke dalam bahasa Daerah sangat mungkin
untuk dijadikan proyek nasional. Maklum bahwa bangsa kita terdiri atas
beratus-ratus bahasa. Konon, sudah ada al-Qur’an dalam bahasa Jawa, bahasa
Sunda, dan sebagainya.
Ketiak berbicara bahasa
Jawa, maka pikiran kita tentu adalah Jawa Kromo, terutama yang lazim digunakan
di Solo dan Jogjakarta. Mafhum bahwa pusat-pusat kerajaan zaman dahulu adalah
derah tersebut. Bahkan sampai sekarang pun di Jogja masih ada Sultan Yogyakarta
dan di Surakarta juga masih berdiri kasunanan. Meskipun realitasnya, tidak
semua jawa menggunakan bahasa Solo dan Jogja tersebut. Bahkan, tidak sedikit
yang tidak paham bahasa tersebut. Pengalaman saya sendiri, ketika di SD adalah
pelajaran Bahasa Daerah dan yang diajarkan adalah bahasa Solo/Jogja, dalam
benak saya ada jarak yang sangat jauh antara di sekolah dengan realitas
keseharian. Sulit sekali memahami pelajaran bahasa daerah. Beda dengan bahasa
keseharian saya bahasa Tegal.
Sebagai orang yang
lahir di Tegal dan memilih pasangan hidup juga dari Tegal serta bahkan menikah
pun kebetulan berbarengan dengan HUT Kota Tegal (12 April), demikian juga
anak-anak pun dilahirkan di Tegal, ada perasaan kuat bahwa saya adalah orang
Tegal. Meskipun separuh perjalanan hidup saya telah saya habiskan di Semarang,
perasaan sebagai orang Tegal tidak pernah luntur. Oleh karena itu, saya
berpikiran apa yang bisa saya sumbangkan untuk Tegal. Saya bukan pejabat, yang
bisa menggelontorkan program, saya juga bukan anggota Dewan yang bisa
mengusulkan perbaikan2 tertentu. Saya adalah peneliti, yang tentu dari sisi
finansial sulit untuk membangun Tegal dengan kekuatan uang.
Tapi saya punya
pikiran, punya kesehatan, punya kesempatan, dan insya Allah juga kemampuan.
Saya alumni IAIN tentu disiplin saya adalah tentang keislaman. Meskipun
disadari bahwa ilmu agama saya pas-pasan. Tapi yang pas-pas an bukan berarti
tidak bisa menyumbangkan sesuatu. Salah satu yang paling memungkinkan adalah
menerjemahkan al-Qur’an dalam bahasa Tegal. Ini saya anggap paling penting,
karena kedudukan al-Qur’an adalah sentral bagi muslim, demikian juga bahasa
Tegal adalah bahasa yang hidup dan dipergunakan oleh 1,5 Juta penduduk
kabupaten saja. Belum lagi kota Tegal, Brebes, Pemalang, Purwokerto, Cilacap,
Banyumas, dan sebagainya yang memiliki kemiripan-kemiripan. Tapi karena saya
orang Tegal, tentu pilihan saya jatuh pada bahasa Tegal.
Ada pikiran untuk
mengembangkan Martabak, Warteg, Teh Poci, dan sebagainya. Tapi saya kira itu
untuk waktu-waktu yang akan datang saja. Jika ada kesempatan bisa juga,
meskipun hal tersebut agak jauh dari aktivitas saya sebagai peneliti. Sebagai
peneliti agama saya berkepentingan untuk memahami realitas kebudayaan tertentu,
tanpa kecuali budaya saya sendiri.
Tempat tinggal saya
tidak jauh dari sumber pengetahuan dan pengamalan Islam Jawa Tengah yakni IAIN
Walisongo Semarang. Demikian juga kehidupan rumah tangga saya semuanya orang
Tegal. Jadi menerjemahkan al-Qur’an insya Allah tidak menjadi kendala. Apalagi
jika kemudian temen2 yang merasa orang Tegal concern terhadap persoalan ini. Tentu aktivitas ini akan
menyenangkan. Andai misalnya, Ikatan Mahasiswa Tegal (IMT) mempelopori ini
sebagai salah satu program kegiatan, tentu akan banyak sekali manfaatnya.
Selain menumbuhkan kebanggaan terhadap bahasa Tegal, juga insya Allah akan
mendapat pahala dengan kita mempelajarinya. Acara kumpul2 IMT juga menjadi
lebih gayeng jika di setiap dada orang Tegal, ada keinginan untuk memahami
al-Qur’an melalui bahasa Tegal. Tentu kegiatan2 lain yang telah diprogramkan juga
harus dijalankan.
Wallahu’alam
Indonesia, 25 April 2012
0 Response to "Al-Qur'an Bahasa Tegal"
Posting Komentar