Metode Belajar Pesantren Salaf
03.55
ISLAMIC RESEARCH
, Posted in
Penelitian
,
0 Comments
Metodologi Pembelajaran di Pesantren Salaf
Istilah metodologi seringkali disama-artikan dengan
metode. Metodologi merupakan gabungan kata dari metode dan logos
yang secara mudah berarti ilmu tentang metode-metode. Metodologi pembelajaran membahas
bermacam-macam metode dalam
pembelajaran.
Metodologi pembelajaran merupakan ilmu yang mempelajari metode-metode pembelajaran, ilmu tentang
cara-cara melakukan pembelajaran. Sedangkan metode pembelajaran sendiri merupakan prosedur atau bentuk kegiatan dalam melakukan proses belajar mengajar (PBM).
Dalam hal ini, metodologi pembelajaran pada Pesantren
Salaf meliputi (1) Sorogan, (2) Wetonan atau bandungan, (3) Halaqoh, (4) Hafalan
atau tahfizh, (5) Hiwar atau musyawarah, (6) Bahtsul masa’il (Mudzakaroh), (7) Fathul
Kutub, (8) Muqoronah dan (9) Muhawarah / Muhadatsah
Metode-metode pembelajaran
tersebut tentunya belum mawakili keseluruhan dari metode-metode pembelajaran
yang ada di pondok pesantren, tetapi setidaknya paling banyak diterapkan pada lembaga
pendidikan tersebut. Berikut ini adalah gambaran singkat bagaimana bagaimana
penerapan matode tersebut dalam sistem pembelajaran santri.
1.
Sorogan
Sorogan, berasal dari kata sorog
(bahasa Jawa) yang berarti menyodorkan, sebab setiap santri menyodorkan
kitabnya dihadapan kyai atau pembantunya –asisten kyai. Sistem sorogan ini
termasuk belajar secara individual, dimana seorang santri berhadapan seorang
guru, dan terjadi interaksi saling mengenal diantara keduanya. Sistem sorogan
ini terbukti sangat efektif sebagai taraf pertama bagi seorang murid yang
bercita-cita sebagai orang alim. Sistem ini memungkinkan seorang guru
mengawasi, menilai dan membimbing secara maksimal kemampuan seorang murid dalam
menguasai bahasa Arab.
Dalam metode sorogan, murid membaca
kitab kuning dan memberi makna, sementara guru mendengarkan sambil memberi
catatan,komentar, atau bimbingan bila diperlukan. Akan tetapi dalam metode ini,
dialog antara guru dengan murid belum atau tidak terjadi. Metode ini tepat bila
diberikan kepada murid-murid seusia tingkat dasar (Ibtidaiyah) dan tingkat
menengah (tsanawiyah) yang segala sesuatunya perlu diberi atau dibekali.
2.
Wetonan
atau bandungan
Weton/bandungan, istilah weton
ini berasal dari kata wektu (bhs.Jawa) yang berarti waktu, sebab pengajian
tersebut diberikan pada waktu-waktu tertentu, sebelum dan atau sesudah
melakukan shalat fardhu. Metode weton ini merupakan metode kuliah, dimana para
santri mengikuti pelajaran dengan duduk di sekeliling kyai yang menerangkan
pelajaran secara kuliah, santri menyimak kitab masing-masing dan membuat
catatan padanya.
Dan metode bandungan ini cara
penyampainnya dimana seorang guru, kyai, atau ustadz membacakan serta
menjelaskan isi kandungan kitab kuning, sementara santri, murid, atau siswa
mendengarkan, memberi makna,dan menerima. Jadi guru berperan aktif sementara murid
bersifat pasif. Dan metode bandungan ini dapat bermanfaat ketika jumlah
muridnya cukup besar dan waktu yang tersedia relatif sedikit, sementara materi
yang harus disampaikan cukup banyak.
3.
Halaqoh
Metode Halaqoh, dikenal juga
dengan istilah munazaharah sistem ini merupakan kelompok kelas dari sistem
bandungan. Halaqoh yang berarti bahasanya lingkaran murid, atau sekelompok
siswa yang belajar dibawah bimbingan seorang guru atau belajar bersama dalam
satu tempat. Sistem ini merupakan diskusi untuk memahami isi kitab, bukan untuk
mempertanyakan kemungkinan benar salahnya apa-apa yang diajarkanoleh kitab,
tetapi untuk memahami apa maksud yang diajarkan oleh kitab.
Bila dipandang dari sudut pengembangan
intelektual, metode ini bermanfaat bagi santri yang cerdas, rajin dan mampu
serta bersedia mengorbankan waktu yang besar untuk studi ini. Metode ini
dimaksudkan sebagai penyajian bahan pelajaran dengan cara murid atau santri
membahasnya bersama-sama melalui tukar pendapat tentang suatu topik atau
masalah tertentu yang ada dalam kitab kuning, sedangkan guru bertindak sebagai
“moderator”. Metode berdiskusi bertujuan agar murid atau santri aktif dalam
belajar, sehingga akan tumbuh dan berkembang pemikiranpemikiran kritis,
analitis, dan logis.
4.
Hafalan
atau tahfizh
Hafalan, metode yang diterapkan
di pesantren-pesantren, umumnya dipakai untuk menghafalkan kitab-kitab
tertentu, semisal Alfiyah ibnu Malik atau juga sering juga dipakai untuk
menghafalkan Al-Qur’an, baik surat-surat pendek maupun secara keseluruhan.
Metode ini cukup relevan untuk diberikan kepada murid-murid usia anak-anak,
tingkat dasar,dan tingkat menengah. Pada usia diatas itu, metode hafalan
sebaiknya dikurangi sedikit demi sedikit, dan lebih tepat digunakan untuk
rumus-rumus dan kaidah-kaidah.
Dalam metode hafalan para santri
diberi tugas untuk menghafal bacaan-bacaan tertentu dalam jangka aktu tertentu.
Hafalan yang dimiliki santri ini kemudian di “setorkan” dihadapan kyai atau
ustadznya secara priodik atau insidental tergantung kepada petunjuk sebelumnya.
Dengan demikian, titik tekan pada pembelajaran ini adalah santri mampu
mengucapkan atau melafalkan sekumpulan materi pembelajaran secara lancer dengan
tanpa melihat atau membaca teks.
5.
Hiwar
atau musyawarah
Metode hiwar atau musyawarah, hampir
sama dengan metode diskusi yang umum kita kenal selama ini. Bedanya metode
hiwar ini dilaksanakan dalam rang pendalaman atau pengayaan materi yang sudah
ada di santri. Yang menjadi ciri khas dari hiwar ini, santri dan guru biasanya
terlibat dalam sebuah forum perdebatan untuk memecahkan masalah yang ada dalam
kitab-kitab yang sedang di santri.
6.
Bahtsul
Masa’l (Mudzakaroh)
Metode Mudakarah atau dalam
istilah lain bahtsul masa’il merupakan pertemuan ilmiah, yang membahas masalah
diniyah, seperti ibadah, aqidah dan masalah agama pada umumnya. Metode ini
tidak jauh beda dengan metode musyawarah. Hanya saja bedanya, pada metode
mudzakarah persyaratannya adalah para kyai atau para santri tingkat tinggi.
7.
Fathul
Kutub
Metode Fathul Kutub biasanya
dilaksanakan untuk santri-santri yang sudah senior yang akan menyelesaikan
pendidikan di Pondok Pesantren. Dan ini merupakan latihan membaca kitab
(terutama kitab klasik), sebagai wahana menguji kemampuan mereka setelah
mensantri.
8.
Mukoronah
Metode mokoronah adalah sebuah
metode yang terfokus pada kegiatan perbandingan, baik perbandingan materi,
paham, metode maupun perbandingan kitab. Metode ini akhirnya berkembang pada
perbandingan ajaran-ajaran agama. Untuk perbandingan materi keagamaan yang
biasanya berkembang di bangku Perguruan Tinggi Pondok Pesantren (Ma’had Ali)
dikenal istilah Muqoronatul Adyan. Sedangkan perbandingan paham atau aliran
dikenal dengan istilah Mukoronatul madzahib.(perbandingan mazhab).
9.
Muhawarah
atau Muhadatsah
Muhawarah adalah merupakan
latihan bercakap-cakap dengan menggunakan bahasa arab. Aktivitas ini biasanya
diwajibkan oleh Pondok Pesantren kepada para santrinya selama mereka tinggal di
Pondok Pesantren. Percakapan ini baik antra sesama santri atau santri dengan
ustadznya, kyainya pada waktu-waktu tertentu. Kepada mereka diberi
perbendaharaan kata-kata bahasa Arab atau Inggris untuk dihafalkan sedikit demi
sedikit, setelah santri banyak menguasai kosa kata, kepada mereka diwajibkan
untuk menggunakan dalam percakapan sehari-hari. Dan banyak juga di
Pondok-Pondok Pesantren metode muhawarah ini yang tidak diwajibkan setiap hari,
akan tetapi hanya satu kali atau dua kali dalam satu minggu atau dalam
waktu-waktu tertentu saja.
0 Response to "Metode Belajar Pesantren Salaf"
Posting Komentar