Ideologi Madrasah


IDEOLOGI-IDEOLOGI MADRASAH
Oleh Aji Sofanudin

Madrasah merupakan khazanah lembaga pendidikan Islam yang diwariskan generasi muslim terdahulu. Saat ini, terminologi madrasah mengerucut pada dua pengertian yakni pertama, madin atau madrasah diniyah. Yaitu sekolah agama yang khusus mengkaji ilmu-ilmu agama (tafaqqahu fi al-din). Di beberapa daerah disebut sekolah arab atau sekolah sore. Pembelajaran madin umumnya dilakukan sore hari. Kedua, madrasah formal yang setara dengan SD/SMP/SMA yaitu MI/MTs/MA. Meskipun dahulu, ‘madrasah’ adalah simbol lembaga pendidikan tinggi Islam. Mafhum bahwa sekarang madrasah merupakan lembaga pendidikan dasar dan menengah.
Kebanyakan madrasah adalah swasta. Hanya sebagian kecil yang berstatus negeri. Madrasah swasta kebanyakan dikelola oleh lembaga atau organisasi keagamaan tertentu, misalnya NU, Muhammadiyah, Mathla’ul Anwar, Nahdlatul Wathon, dan sebagainya. Masing-masing madrasah yang dikelola oleh organisasi yang berbeda akan memberikan ‘cita rasa’ yang berbeda. Rasa keagamaan yang berbeda karena perbedaan paham keagamaan tertentu.
Dulu, menurut Harun Nasution (1986) paham keagamaan Islam itu terdiri atas: Khawarij, Murjiah, Mu’tazilah, Syiah, Ahlussunah Waljamaah, Qodariah, Jabariah. Warna-warni paham keagamaan tersebut sedikit banyak masih mewarnai kehidupan kita, tidak terkecuali dalam lingkup madrasah. Secara sederhana, pada madrasah berkembang empat varian, yaitu varian ideologi tradisionalis, reformis, salafi, dan nasionalis agama.
Pertama, ideologi tradisionalis. Pengikut ideologi tradisionalis adalah orang-orang yang sangat menghormati tradisi, khususnya tradisi ulama-ulama terdahulu. Tradisionalis di sini bukan bermakna peyoratif dalam arti anti modern, tidak profesional, manajemen tukang bakso, atau pun istilah-istilah lain yang bermakna negatif. Ideologi tradisionalis merupakan paham keagamaan yang mensemaikan paham ahl sunnah wal jamaah.
Bentuk madrasah ini memberikan atribut secara eksplisit menggunakan NU ataupun Ma’arif. Beberapa madrasah (MI/MTs/MA) secara langsung menyebutkan Madrasah Ma’arif ataupun Madrasah NU. Madrasah ini juga bisa menyebut dengan atribut-atribut lain misalnya Sultan Fatah, Arrosyidin, dan lain sebagainya. Esensinya di madrasah ini diajarkan paham ahl sunnah wal jamaah dalam kurikulum formalnya. Pelajaran aswaja menjadi penting dan sentral dalam aktivitas pembelajaran.
Selain itu, bentuk partisipasi masyarakat dalam bentuk madrasah tradsionalis ini lebih pada bentuk kesadaran masyarakat. Biasanya dalam madrasah ini dikembangkan bentuk-bentuk infak harian, bulanan, dan sebagainya. Selain itu dalam pada madrasah ini dikembangkan tradisi istighosah dan mujahadah. Kegiatan mujahadah banyak dilakukan pada madrasah ini minimal satu bulan sekali yang melibatkan orang tua wali dan masyarakat di lingkungan madrasah. Idealisme madrasah model ini adalah fungsi madrasah dalam reproduksi ulama.
Kedua, ideologi reformis. Madrasah dengan ideologi reformis adalah madrasah-madrasah yang mengumandangkan pembaharuan dalam bidang pendidikan. Modernisme pendidikan kencang disuarakan dengan memberikan penekananan pada ilmu-ilmu umum. Selain itu, manajemen modern menjadi ciri utama pengelolaan madrasa model ini. Pemanfaatan information technology menjadi sesuatu yang diunggulkan.
Pada ideologi ini dikembangkan pentingnya tajdid dan pembaharuan pemikiran Islam. Budaya-budaya yang dikembangkan dalam madrasah ini adalah penguasaan bahasa Inggris dan bahasa Arab. Penguasaan kedua bahasa tersebut menjadi sentral kegiatan dalam proses pembelajaran. Secara materi akademik ada tambahan mata pelajaran keislaman yang khas dengan ideologi reformis. Biasanya madrasah model ini berafilisasi ke Muhammadiyah dan yayasan lain yang sejalan dengan model ini. Madrasah Assalam Surakarta maupun Madrasah yang dikembangkan pada pesantren Gontor lebih dekat dengan ideologi reformis. Selain bahasa, aspek hafalan al-Qur’an juga menjadi sentral dan penting pada madrasah ini.
Ketiga, ideologi salafi. Madrasah yang mengembangkan ideologi ini adalah madrasah yang umumnya berafiliasi ke salah satu partai politik tertentu (baca PKS). Model madrasah ini sejatinya menekankan pada pelajaran umum dan pelajaran agama sebagai komplementer. Artinya, prestasi-prestasi umum menjadi perhatian utama. Nilai-nilai agama lebih ditekankan pada aplikasi/praktek daripada pengetahuan agama. Model salafi menekankan perilaku taat beribadah.
Madrasah yang menekankan ideologi salafi murni biasanya sulit ditemukan. Model ini biasanya tidak menyebutkan nama identitas tertentu, namun kerap kali menggunakan istilah ‘terpadu’.  Ideologi ini sejatinya lebih banyak muncul pada SD IT maupun SMP IT karena pada dasarnya kurikulum SD IT itu sama persis dengan madrasah. Bedanya SD IT dibawah Kemendikbud sementara madrasah berada di bawah Kementerian Agama. Namun, dari sisi isi kurikulum sama persis. Keunggulan madrasah terpadu biasanya pada percepatan pembangunan gedung atau sarana dan prasarana yang umumnya sangat menonjol (megah).
Keempat, ideologi nasionalis-agama. Madrasah yang berstatus negeri pada umumnya bersifat netral terhadap beragam ideologi yang berkembang di masyarakat. Madrasah negeri tidak punya beban ideologis untuk menyemaikan salah satu paham keagamaan tertentu. Madrasah negeri biasanya tergantung di lingkungan mana madrasah tersebut berdiri. Lokasi madrasah menjadi penentu warna keagamaan suatu madrasah. Selain itu, pribadi guru-guru lah yang sangat dominan mengajarkan keislaman pada madrasah negeri.
Meskipun ada beragam ideologi yang dikembangkan pada madrasah, sejatinya seluruh madrasah mengajarkan satu paham Islam yakni Islam Rahmatan Lil Alamin. Tidak ada satupun madrasah yang mengajarkan kekerasan, radikalisme, dan terorisme dalam kurikulumnya. Seluruh madrasah mengajarkan pentingnya ibadah, baik ibadah mahdoh ataupun ghairu mahdah, serta akhlak mulia. Selamat Hari Pendidikan (Islam), 02 Mei 2012.
Wallahu’alam

Indonesia, 02 Mei 2012

Aji Sofanudin

Referensi

Nasution, Harun. Teologi Islam, Sejarah Analisa Perbandingan. (Jakarta: UI Press, 1986), cet. Ke-5
Subhan, Arief. Lembaga Pendidikan Islam Indonesia Abad ke-20; Pergumulan antara Modernitas dan Identitas. (Jakarta: Kencana, 2012).

0 Response to "Ideologi Madrasah"

Posting Komentar

powered by Blogger | WordPress by Newwpthemes | Converted by BloggerTheme | Blogger Templates | Best Credit Cards