Ideologi Madrasah
08.26
ISLAMIC RESEARCH
, Posted in
Artikel
,
0 Comments
IDEOLOGI-IDEOLOGI
MADRASAH
Oleh
Aji Sofanudin
Madrasah merupakan
khazanah lembaga pendidikan Islam yang diwariskan generasi muslim terdahulu.
Saat ini, terminologi madrasah mengerucut pada dua pengertian yakni pertama, madin atau madrasah diniyah.
Yaitu sekolah agama yang khusus mengkaji ilmu-ilmu agama (tafaqqahu fi al-din). Di beberapa daerah disebut sekolah arab atau
sekolah sore. Pembelajaran madin umumnya dilakukan sore hari. Kedua, madrasah formal yang setara
dengan SD/SMP/SMA yaitu MI/MTs/MA. Meskipun dahulu, ‘madrasah’ adalah simbol
lembaga pendidikan tinggi Islam. Mafhum bahwa sekarang madrasah merupakan
lembaga pendidikan dasar dan menengah.
Kebanyakan madrasah
adalah swasta. Hanya sebagian kecil yang berstatus negeri. Madrasah swasta
kebanyakan dikelola oleh lembaga atau organisasi keagamaan tertentu, misalnya
NU, Muhammadiyah, Mathla’ul Anwar, Nahdlatul Wathon, dan sebagainya.
Masing-masing madrasah yang dikelola oleh organisasi yang berbeda akan
memberikan ‘cita rasa’ yang berbeda. Rasa keagamaan yang berbeda karena
perbedaan paham keagamaan tertentu.
Dulu, menurut Harun
Nasution (1986) paham keagamaan Islam itu terdiri atas: Khawarij, Murjiah, Mu’tazilah,
Syiah, Ahlussunah Waljamaah, Qodariah, Jabariah. Warna-warni paham keagamaan tersebut
sedikit banyak masih mewarnai kehidupan kita, tidak terkecuali dalam lingkup
madrasah. Secara sederhana, pada madrasah berkembang empat varian, yaitu varian
ideologi tradisionalis, reformis, salafi, dan nasionalis agama.
Pertama,
ideologi tradisionalis. Pengikut ideologi tradisionalis adalah orang-orang yang
sangat menghormati tradisi, khususnya tradisi ulama-ulama terdahulu.
Tradisionalis di sini bukan bermakna peyoratif dalam arti anti modern, tidak
profesional, manajemen tukang bakso, atau pun istilah-istilah lain yang bermakna
negatif. Ideologi tradisionalis merupakan paham keagamaan yang mensemaikan
paham ahl sunnah wal jamaah.
Bentuk madrasah ini
memberikan atribut secara eksplisit menggunakan NU ataupun Ma’arif. Beberapa
madrasah (MI/MTs/MA) secara langsung menyebutkan Madrasah Ma’arif ataupun
Madrasah NU. Madrasah ini juga bisa menyebut dengan atribut-atribut lain
misalnya Sultan Fatah, Arrosyidin, dan lain sebagainya. Esensinya di madrasah
ini diajarkan paham ahl sunnah wal jamaah
dalam kurikulum formalnya. Pelajaran aswaja
menjadi penting dan sentral dalam aktivitas pembelajaran.
Selain itu, bentuk
partisipasi masyarakat dalam bentuk madrasah tradsionalis ini lebih pada bentuk
kesadaran masyarakat. Biasanya dalam madrasah ini dikembangkan bentuk-bentuk
infak harian, bulanan, dan sebagainya. Selain itu dalam pada madrasah ini
dikembangkan tradisi istighosah dan mujahadah. Kegiatan mujahadah banyak
dilakukan pada madrasah ini minimal satu bulan sekali yang melibatkan orang tua
wali dan masyarakat di lingkungan madrasah. Idealisme madrasah model ini adalah
fungsi madrasah dalam reproduksi ulama.
Kedua,
ideologi reformis. Madrasah dengan ideologi reformis adalah madrasah-madrasah
yang mengumandangkan pembaharuan dalam bidang pendidikan. Modernisme pendidikan
kencang disuarakan dengan memberikan penekananan pada ilmu-ilmu umum. Selain
itu, manajemen modern menjadi ciri utama pengelolaan madrasa model ini.
Pemanfaatan information technology
menjadi sesuatu yang diunggulkan.
Pada ideologi ini
dikembangkan pentingnya tajdid dan pembaharuan pemikiran Islam. Budaya-budaya
yang dikembangkan dalam madrasah ini adalah penguasaan bahasa Inggris dan
bahasa Arab. Penguasaan kedua bahasa tersebut menjadi sentral kegiatan dalam
proses pembelajaran. Secara materi akademik ada tambahan mata pelajaran
keislaman yang khas dengan ideologi reformis. Biasanya madrasah model ini
berafilisasi ke Muhammadiyah dan yayasan lain yang sejalan dengan model ini. Madrasah
Assalam Surakarta maupun Madrasah yang dikembangkan pada pesantren Gontor lebih
dekat dengan ideologi reformis. Selain bahasa, aspek hafalan al-Qur’an juga
menjadi sentral dan penting pada madrasah ini.
Ketiga,
ideologi salafi. Madrasah yang mengembangkan ideologi ini adalah madrasah yang
umumnya berafiliasi ke salah satu partai politik tertentu (baca PKS). Model
madrasah ini sejatinya menekankan pada pelajaran umum dan pelajaran agama sebagai
komplementer. Artinya, prestasi-prestasi umum menjadi perhatian utama. Nilai-nilai
agama lebih ditekankan pada aplikasi/praktek daripada pengetahuan agama. Model salafi
menekankan perilaku taat beribadah.
Madrasah yang menekankan
ideologi salafi murni biasanya sulit ditemukan. Model ini biasanya tidak
menyebutkan nama identitas tertentu, namun kerap kali menggunakan istilah ‘terpadu’.
Ideologi ini sejatinya lebih banyak muncul
pada SD IT maupun SMP IT karena pada dasarnya kurikulum SD IT itu sama persis dengan
madrasah. Bedanya SD IT dibawah Kemendikbud sementara madrasah berada di bawah
Kementerian Agama. Namun, dari sisi isi kurikulum sama persis. Keunggulan madrasah
terpadu biasanya pada percepatan pembangunan gedung atau sarana dan prasarana
yang umumnya sangat menonjol (megah).
Keempat,
ideologi nasionalis-agama. Madrasah yang berstatus negeri pada umumnya bersifat
netral terhadap beragam ideologi yang berkembang di masyarakat. Madrasah negeri
tidak punya beban ideologis untuk menyemaikan salah satu paham keagamaan
tertentu. Madrasah negeri biasanya tergantung di lingkungan mana madrasah
tersebut berdiri. Lokasi madrasah menjadi penentu warna keagamaan suatu
madrasah. Selain itu, pribadi guru-guru lah yang sangat dominan mengajarkan
keislaman pada madrasah negeri.
Meskipun ada beragam
ideologi yang dikembangkan pada madrasah, sejatinya seluruh madrasah
mengajarkan satu paham Islam yakni Islam
Rahmatan Lil Alamin. Tidak ada satupun madrasah yang mengajarkan kekerasan,
radikalisme, dan terorisme dalam kurikulumnya. Seluruh madrasah mengajarkan pentingnya
ibadah, baik ibadah mahdoh ataupun ghairu mahdah, serta akhlak mulia. Selamat
Hari Pendidikan (Islam), 02 Mei 2012.
Wallahu’alam
Indonesia, 02
Mei 2012
Aji Sofanudin
Referensi
Nasution, Harun.
Teologi Islam, Sejarah Analisa
Perbandingan. (Jakarta: UI Press, 1986), cet. Ke-5
Subhan, Arief. Lembaga Pendidikan Islam Indonesia Abad
ke-20; Pergumulan antara Modernitas dan Identitas. (Jakarta: Kencana,
2012).
0 Response to "Ideologi Madrasah"
Posting Komentar